Rusa Kutub Bisa Melihat Sinar Ultraviolet..
Rusa kutub hidup di habitat yang sangat keras hampir sepanjang tahun
Rusa kutub Arktika bisa melihat di luar spektrum cahaya ''yang bisa dilihat'' oleh manusia, kata tim ilmuwan.
Menurut peneliti pengujian terhadap rusa kutub Arktika memperlihatkan satwa tersebut memang bereaksi terhadap stimulus sinar ultraviolet (UV).
Kemampuan tersebut mungkin membantu mereka menemukan makanan dan pemangsa di atmosfir Arktika yang ''kaya akan UV'', dan mempertahankan daya pandang dalam kondisi pencahayaan terbatas.
Rincian temuan ilmiah ini diterbitkan di penerbitan ilmiah The Journal of Experimental Biology.
Sinar UV tidak terlihat oleh mata manusia. Sinar jenis ini memiliki panjang gelombang yang lebih rendah daripada sinar ''yang terlihat'', berkisar antara 400 nanometer hingga 10 nanometer.
Peneliti pertama-tama memastikan bahwa sinar UV bisa menerobos lensa dan kornea mata rusa kutub dengan menembakkan berkas sinar melalui sampel yang dibedah.
Pengujian memperlihatkan sinar dengan panjang gelombang sekitar 350 nm menerobos ke mata satwa tersebut.
Mereka kemudian berusaha membuktikan bahwa satwa tersebut bisa ''melihat'' sinar tersebut dengan menguji respons elektrik retina rusa kutub yang dibius terhadap sinar ultraviolet.
''Kami menggunakan cara yang disebut ERG (electroretinography), yaitu dengan merekam respons elektrik terhadap cahaya yang dilakukan retina dengan menempatkan penggalan kecil kertas emas di dalam kelopak mata,'' kata salah seorang penyusun laporan, Profesor Glen Jeffery dari University College London kepada BBC News.
Eksperimen
Pengujian memperlihatkan sel fotoreseptor atau ''cone'' di retina memang bereaksi terhadap cahaya ultaviolet.
''Kalau anda lebah besar, anda tidak akan berfikir banyak tentang apa yang dilakukan satwa ini, sebab dia melihat sinar yang disebut ''dekat ultraviolet'' (sekitar 320 ke 400nm), tapi itu sinar yang memiliki energi sangat tinggi,'' kata Jeffery.
Tim peneliti yakin penglihat ultraviolet mungkin membantu rusa kutub membedakan makanan dan pemangsa di kawasan ''serba putih'' sepanjang musim dingin Arktika dan senja musim semi dan gugur.
Lumut, yang menjadi sumber makanan rusa kutub, akan terlihat berwarna hitam di mata satwa tersebut, kata peneliti, sebab tumbuhan itu menyerap UV.
Air seni di salju juga akan lebih mudah dikenali dengan penglihatan ultraviolet dan ini memungkinkan rusa kutub mewaspadai keberadaan pemangsa atau rusa kutub lain.
Rusa kutub juga tampaknya tidak menderita kerusakan fisik akibat melihat dengan cahaya ultraviolet, kata peneliti.
Kawanan rusa kutup juga tidak menderita ''kebutaan akibat kilauan salju'' (snow blindness) yang mungkin menimpa manusia di lingkungan Arktika yang kaya akan UV.
Bukti lain
Profesor Lars Chittka dari Queen Mary University di London, yang meneliti kemampuan ultraviolet pada lebah, mengatakan penelitian menunjukkan spektrum cahaya ''yang terlihat'' tidak berlaku pada kebanyakan fauna.
"Ini bukti lain bahwa kepekaan UV di seluruh margasatwa adalah hal yang umum, bukannya perkecualian, dan manusia dan beberapa mamalia lain sebenarnya adalah minoritas dalm hal tidak memiliki kepekaan terhadap UV,'' kata Chittka.
Profesor Chittka tidak terperanjat bahwa sinar UV tampaknya tidak merusak retina mata rusa kutub.
Menurut dia, pengujian menunjukkan mata hanya akan menerima sinar UV berfrekuensi lebih rendah ("UV-A light") bukannya sinar UV berfrekuensi lebih tinggi ("UV-B") yang lebih merusak.
Pembuatan model dan pengujian perilaku lanjutan juga diperlukan untuk memastikan rusa kutub yang tampaknya bisa mendeteksi sinar ultraviolet benar-benar menghasilkan kemampuan ''untuk mendeteksi pemangsa dan lumut kutub dengan lebih cermat,'' kata dia.
Tim peneliti yang sama akan segera mengulangi eksperimen yang sama terhadap anjing laut untuk melihat apakah spesies satwa tersebut bisa melihat di wilayah spektrum ultraviolet.
Profesor Jeffery yakin banyak satwa Arktika mungkin memiliki kemampuan seperti itu.
''Tidak ada bukti bahwa rubah Arktika atau beruang kutub menderita buta salju, jadi saya berani bertaruh dengan anda bahwa kebanyakan satwa Arktika di sana bisa melihat UV,'' katanya.
Profesor Lars Chittka dari Queen Mary University di London, yang meneliti kemampuan ultraviolet pada lebah, mengatakan penelitian menunjukkan spektrum cahaya ''yang terlihat'' tidak berlaku pada kebanyakan fauna.
"Ini bukti lain bahwa kepekaan UV di seluruh margasatwa adalah hal yang umum, bukannya perkecualian, dan manusia dan beberapa mamalia lain sebenarnya adalah minoritas dalm hal tidak memiliki kepekaan terhadap UV,'' kata Chittka.
Profesor Chittka tidak terperanjat bahwa sinar UV tampaknya tidak merusak retina mata rusa kutub.
Menurut dia, pengujian menunjukkan mata hanya akan menerima sinar UV berfrekuensi lebih rendah ("UV-A light") bukannya sinar UV berfrekuensi lebih tinggi ("UV-B") yang lebih merusak.
Pembuatan model dan pengujian perilaku lanjutan juga diperlukan untuk memastikan rusa kutub yang tampaknya bisa mendeteksi sinar ultraviolet benar-benar menghasilkan kemampuan ''untuk mendeteksi pemangsa dan lumut kutub dengan lebih cermat,'' kata dia.
Tim peneliti yang sama akan segera mengulangi eksperimen yang sama terhadap anjing laut untuk melihat apakah spesies satwa tersebut bisa melihat di wilayah spektrum ultraviolet.
Profesor Jeffery yakin banyak satwa Arktika mungkin memiliki kemampuan seperti itu.
''Tidak ada bukti bahwa rubah Arktika atau beruang kutub menderita buta salju, jadi saya berani bertaruh dengan anda bahwa kebanyakan satwa Arktika di sana bisa melihat UV,'' katanya.
** Semoga Bermanfaat & Maju Terus Indonesia Ku **